Artikel – Ini”Mengapa Kita Makan Tidak Sama, Tapi Responnya Berbeda?”
Setiap orang pasti pernah bertanya: “Kenapa teman saya bisa makan banyak tapi tetap kurus, sedangkan saya gampang sekali naik berat badan? Atau, kenapa ada orang yang merasa segar minum kopi, tapi saya malah gemetar dan deg-degan?
Jawabannya bisa jadi terletak pada genetik”.
Di sinilah nutrigenomik hadir—sebuah bidang ilmu yang menggabungkan nutrisi dan genetika, membuka pemahaman baru bahwa makanan yang kita konsumsi tidak hanya memberi energi, tetapi juga dapat “berkomunikasi” dengan gen kita.
Apa Itu Nutrigenomik?
Nutrigenomik adalah cabang dari nutrigenetika, yang secara luas mempelajari bagaimana komponen makanan memengaruhi ekspresi gen. Artinya, makanan dapat menghidupkan atau mematikan ekspresi gen tertentu—yang pada akhirnya memengaruhi kondisi kesehatan, metabolisme, bahkan risiko penyakit.
Sementara nutrigenetika fokus pada bagaimana variasi genetik individu memengaruhi respons terhadap zat gizi, nutrigenomik justru meneliti bagaimana nutrisi memengaruhi genom itu sendiri.
Aplikasi Nutrigenomik dalam Kehidupan Nyata
1. Pencegahan Penyakit Berdasarkan Risiko Genetik
Orang dengan varian gen APOE ε4 memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit Alzheimer. Pola makan tinggi lemak jenuh dapat mempercepat munculnya gejala. Dengan intervensi nutrisi seperti diet rendah lemak jenuh dan tinggi antioksidan, ekspresi gen penyebab penyakit dapat ditekan.
2. Manajemen Berat Badan dan Obesitas
Varian gen FTO dikenal sebagai gen obesitas. Orang yang membawa alel risiko cenderung mengalami peningkatan nafsu makan dan menyimpan lebih banyak lemak. Namun, penelitian menunjukkan bahwa olahraga teratur dan diet tinggi protein mampu “menetralkan” efek gen ini.
3. Respon Terhadap Kafein dan Alkohol
Gen CYP1A2 menentukan kecepatan tubuh memetabolisme kafein. Individu dengan varian “slow metabolizer” lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi jika konsumsi kopi berlebihan. Sementara itu, gen ADH1B dan ALDH2 memengaruhi toleransi terhadap alkohol.
4. Diet dan Kesehatan Jantung
Gen MTHFR berperan dalam metabolisme folat dan homosistein. Varian tertentu dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Intervensi nutrisi berupa suplementasi vitamin B6, B12, dan folat bisa menurunkan risiko ini.
5. Gizi untuk Atlet dan Performa Tinggi
Beberapa atlet elite kini menggunakan tes DNA untuk menyusun rencana makan, suplemen, dan strategi pemulihan. Gen seperti ACTN3 memengaruhi tipe serat otot (kekuatan vs ketahanan), yang berdampak pada jenis latihan dan asupan karbohidrat/protein ideal.
Bagaimana Mendapatkan Data Nutrigenomik?
Untuk menerapkan nutrigenomik, seseorang perlu melakukan tes DNA nutrisi. Tes ini biasanya menggunakan sampel air liur dan dianalisis di laboratorium untuk membaca varian gen yang berkaitan dengan metabolisme, sensitivitas makanan, dan risiko penyakit.
Tantangan dan Etika
Meskipun menjanjikan, nutrigenomik menghadapi beberapa tantangan:
• Aksesibilitas: Tes DNA masih cukup mahal di banyak negara berkembang.
• Interpretasi Data: Membutuhkan tenaga ahli gizi yang terlatih di bidang genetik.
• Privasi Genetik: Data DNA bersifat sensitif dan perlu dijaga ketat.
• Edukasi Masyarakat: Belum banyak yang memahami konsep nutrigenomik secara utuh.
Kesimpulan
Nutrigenomik membawa paradigma baru dalam dunia gizi: tidak lagi satu diet untuk semua, melainkan satu diet untuk satu orang berdasarkan gen-nya. Dengan memahami bagaimana makanan memengaruhi gen, dan sebaliknya, bagaimana gen memengaruhi respons terhadap makanan, kita dapat mengoptimalkan pola makan yang benar-benar cocok dengan tubuh masing-masing individu.
Di masa depan, mungkin saja setiap orang punya “kartu makan pribadi” berdasarkan DNA-nya. Bukan lagi mengikuti trend viral dan menebak diet mana yang cocok, tapi benar-benar tahu dari dalam tubuh kita sendiri.
________________________________________
By : Aisa Nur Rahma S.Gz . Pendidikan Profesi Dietisien – Universitas Esa Unggul